Terbentuknya
Mahasiswa Abal-Abal
Awalnya
Mahasiswa Abal-abal (#MAA) merupakan
kumpulan Mahasiswa TI (Tekhnik Industri) dari kampus
dengan gedung ‘terbanyak’ di Jogja. Para Board of Founder #MAA merupakan
mahasiswa yang gemar berdiskusi di sebuah warung burjo di bilangan Jl. Glagah Yogyakarta, tepatnya dibelakang kampus
tercinta mereka. Warung burjo tersebut adalah tempat nongkrong, mengerjakan
tugas, melepas penat, berdiskusi, ngobrol ngalor-ngidul tentang kemahasiswaan
hingga politik dan tentu saja curhat mengenai Gebetan masing-masing. Mereka memilih tempat itu yang nantinya dijadikan Basecamp MAA selain karena nyaman juga karena tempatnya
strategis di pinggir jalan. Warung burjo tersebut ramai dilalui
mahasiswi-mahasiswi yang jadi sasaran obrolan para mahasiswa TI jomblo ini.
Namun, alasan
utama mereka memilih tempat itu sebagai ‘basecamp’ adalah karena pegawai Burjo
yang cantik, putih, bohai dan nyaman dipandang, yah.. mirip Kirana Larasati.
Kebayang kan, setelah jenuh dengan perkuliahan, dosen yang kadang menyebalkan
kemudian menatap lama wajah Kirana Larasati. Capek pun hilang. Semangat kembali
penuh.
Berawal dari
situlah, Grup Facebook Mahasiswa Abal-Abal lahir, kami menyingkatnya dengan #MAA. Mahasiswa abal-abal
percaya bahwa belajar di kampus tidak hanya terikat oleh jurusan yang dipilih, melainkan kita juga harus menyerap ilmu dari jurusan lain (bayar
kuliah mahal bro, ga
sepadan kalo hanya belajar di jurusan masing-masing). Motto kami
adalah “Tidak pernah Merasa cukup untuk Belajar”, adaptasi dari quote Steve Jobs “Stay Foolish,
Stay Hungry”.
Ketika sedang
berkumpul, Mahasiswa Abal-abal sering sharing dan berbagi Ilmu sesuai jurusan
Masing-masing. Tak heran jika ada Mahasiswa jurusan TI yang Bahasa Inggrisnya
lebih baik dari Mahasiswa jurusan Bahasa ingris sendiri. Diantara kami, banyak
juga yang menjadi supporter bola, terutama liga dunia; Liga inggris, Liga
Spanyol dan Liga Italia menjadi favorit kita. Beberapa dari kami juga aktif
dalam organisasi kampus seperti UKM Persma, Robotik, Sepakbola, Pramuka hingga
musik. Semuanya mempunyai misi sama, yaitu; menyusup kedalam organisasi kampus
dan melebarkan kepakan sayap organisasi ‘underground’ Mahasiswa Abal-Abal.
Sangat miris
ketika nama Mahasiswa Abal-abal selalu ditujukan untuk sesuatu hal yang
negative. Kami ingin merubah cara pandang itu. Beberapa dari kami berhasil
lulus cumlaude, sisanya yah… lulus tapi tak tepat waktu.
Banyak anggota
MAA yang sudah lulus, Tanggal 24 November 2018 merupakan wisuda bagi anggota
MAA terakhir, kami memilih untuk mengakhiri Grup yang telah memberikan kebahagiaan
di masa perkuliahan, memberikan semangat dan dukungan kepada setiap member
supaya melakukan hal yang baik selama kuliah, tetap mengingat pesan orangtua di
rumah, dan siap untuk kembali membangun kampong asalnya.
Sa masih ingat
ketika mengantar seorang anggota MAA di Bandara ketika ia kembali ke kampung
halamannya, Kalimantan. Tawa dan canda selalu menjadi ciri khas kami, tapi hari
itu kita seperti berduka, melepas kepergian teman yang bertahun-tahun menjadi
saudara kami baik di kampus maupun di luar kampus untuk pulang. Dan entah,
semoga ada kesempatan kami untuk bertemu kembali. Pesan teman-teman saat
mengantarnya keep in touch. Selalu berbagi kabar. Ada saudaramu di jogja.
(Sumpah sa mo nangis rasanya, jadi melo gini)
Di mobil ketika
berangkat, sa mendengar seorang teman berkata “ dengerin ni bro.. keren.. MAA
banget; Relax,
you’ll graduate, you’ll get a job, you’ll find your love and you’ll get your
life”. Kami terdiam mengamini apa yang ia katakana. Yaps…. Itulah
kisah elompok dengan rasa persaudaraan erat, BAND OF BROTHERS of MAHASISWA ABAL-ABAL.
Tidak ada komentar: