[Tulisan
ini ditujukan untuk orang ketiga dalam status pacaran, bukan pernikahan]
Dalam
setiap hubungan pacaran pasti pernah mengalami masalah pertengkaran, berupa
pertengkaran kecil maupun besar. Entah karena mempertahankan ego masing-masing,
perbedaan pendapat, atau yang sering menjadi alasan umum adalah adanya orang ke
tiga.
Sebagai orang
yang datang belakangan dalam hubungan
yang seharusnya dilakukan hanya oleh dua orang, Orang ketiga selalu dipojokan.
Menjadi pihak yang salah, dituduh menikam dari blakang, dianggap sebagai
perusak hubungan orang lain. Apalagi jika Si
Penikung tersebut adalah orang yang dikenal baik, temen dekat misalnya.
Namun, apakah Menjadi
orang ketiga selalu salah ?
Pada
dasarnya ego kita yang membuat buta akan situasi yang terjadi. Sehingga jika
pertengkaran dalam hubungan terjadi karena adanya orang ke-3, tanpa melihat
dari berbagai sisi dan situasi kita cenderung akan langsung menyalahkan orang ketiga
sebagai penyebab masalahnya.
Tidak bisa
dipungkiri kalau ada orang-orang yang senang menjadi pihak ketiga tanpa tujuan
yang jelas. Dengan alasan; cinlok, merusak hubungan orang lain, menikmati
hidup, mencari tantangan, dan banyak hal lainnya. Untuk alasan diatas kita
berhak menuduh orang ketiga sebagai biang kerok dari hancurnya sebuah hubungan.
“Bukan karena adanya orang ketiga sebuah
hubungan itu rusak, namun karena sebuah hubungan rusak itulah yang menyebabkan
hadirnya orang ketiga.”
Namun,
bagaimana jika orang ke-3 tersebut tidak tahu jika dia menjadi Orang ke-3 dalam
sebuah hubungan ? ini sangat mungkin terjadi karena bisa jadi orang ke-3
tersebut tidak tahu jika dia menjalin hubungan dengan orang yang sudah
mempunyai pasangan. Hal ini membuat orang ke-3 lebih menderita. Karena berada
dalam ketidakpastian sebuah hubungan, menjadi korban dan image merebut pasangan oranglain yang melekat.
Akan lebih mudah
memang, menyalahkan orang lain dari pada introspeksi kekurangan diri.
Terlebih jika
anda sedang dalam sebuah hubungan pacaran.
Tidak ada komentar: