3 Sekawan dari Karanggebang
Bag (1)
PERKENALAN
Mentari
mulai condong kebarat, memancarkan sinar berwarna oranye senada dengan
Almamater yang kami kenakan. Kami berdelapan berjalan bersama menuju sebuah
masjid kecil ditengah perkampungan terpencil. Jalan setapak yang dicor dua ruas membuat kami terhindar
dari genangan air. Hujan siang tadi memang cukup deras sehingga banyak genangan
air yang terbentuk. Di pinggir jalan yang kami lalui, berjejer pagar tanaman
yang memisahkan jalan dengan pekarangan warga.
Hijau, menambah kesan pedesaan yang asri.
Dari kejauhan suara samar riuh anak-anak mulai terdengar. Semakin dekat, semakin keras pula suara mereka.. Mas, Mbak KKN datang, KKN datang.. teriak salah satu anak yang telah melihat kami dari dari kejauhan.. kami pun membalas dengan lambaian tangan dan tersenyum kepada mereka...
Dari kejauhan suara samar riuh anak-anak mulai terdengar. Semakin dekat, semakin keras pula suara mereka.. Mas, Mbak KKN datang, KKN datang.. teriak salah satu anak yang telah melihat kami dari dari kejauhan.. kami pun membalas dengan lambaian tangan dan tersenyum kepada mereka...
The journey just begin.....
Hari itu adalah hari pertama
kegiatan TPA kami laksanakan, salah satu rangkaian dari 30 hari pengabdian kami
di Dusun Karanggebang. Sebuah Dusun yang berada di desa Sumberwungu, kecamatan
Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Dusun yang warganya ramah terhadap pendatang, hal
itu kami rasakan sejak kami observasi sebulan sebelumnya. Saat kami berkeliling
dusun, hampir semua orang yang kami temui melempar senyum ramah dan menawarkan
untuk singah. Suasana yang saat ini jarang kutemui di kota yang mempunyai
slogan Berhati Nyaman.
Aku, Tyas, Adel, Sam, Vista, Mey,
Zulfa dan Isna, Kami berdelapan merupakan Mahasiswa KKN dari salah satu
Universitas swasta di jogja. Sebelumnya kami tidak mengenal satu sama lain, selama
sebulan kami akan tinggal bersama mengabdi dan menjalankan program kerja yang
telah kami rencanakan sebelumnya.
Sambutan
hangat dari Anak-anak TPA sungguh Luar biasa, tak lama kami pun sudah akrab
dengan mereka. Pada pertemuan Pertama ini kami isi dengan perkenalan dan
bercerita tentang masing-masing dari kami. kami mulai terbiasa, bercengkrama
dan tertawa bersama layaknya sudah kenal lama.. Disinilah pertemuanku dengan 3
anak yang luar biasa bermula.
Mereka bernama Gading, Rizal dan Irawan. Tiga Sekawan yang sama-sama masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah dasar tak jauh dari rumam mereka. Meski bersekolah di SD yang hanya mempunyai sekitar 50 siswa namun pengetahuan dan rasa ingin tahu mereka sungguh Luar biasa.
Mereka bernama Gading, Rizal dan Irawan. Tiga Sekawan yang sama-sama masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah dasar tak jauh dari rumam mereka. Meski bersekolah di SD yang hanya mempunyai sekitar 50 siswa namun pengetahuan dan rasa ingin tahu mereka sungguh Luar biasa.
Mohon perhatian, Pesawat kata Gading segera mengudara |
Gading,
yang paling kecil namun paling pintar dari mereka bertiga. Meski baru kelas 3
SD, Dia sudah hafal banyak kosakata bahasa inggris, terutama kosakata Buah dan
Hewan mekip belum diajarkan di sekolahnya. “Baca dari buku yang dibelikan ibu
mas..” jawabnya singkat,.. Gading sungguh beruntung, berada di dusun kecil yang
bahkan sinyal telepon pun susah didapatkan, namun mempunyai Ibu yang sangat
peduli akan pendidikannya. Ibunya merupakan salah satu kader kesehatan di dusun
tersebut. Tak heran jika Dia sangat peduli terhadap anaknya, terutama
menyangkut pendidikan dan kesehatannya.
Gading juga merupakan pengila
sepakbola. Meski klub favoritnya Barcelona dan Real madrid, Dia mempunyai lebih
dari 10 macam jersey club bola
berbagai nama, Mulai dari ; Lionel Messi, Ronaldo, Silva, Ibrahimovic, Oscar,
Lampard, dll. “aku punya banyak kaos bola mas, atletico madrid juga punya”.
“Torres ya ding ?” tanyaku.. “bukan mas, itu loh.. marzuki.. ia marzuki..”
jawabnya mantab. Aku tertawa keras mendengarnya, “Mandzukic ding, bukan
marzuki”, Batinku.
Berbeda
dengan gading, Rizal merupakan yang paling tua dari ketiganya. Jelas, Dia
berperan sebagai ketua dari Genk 3
sekawan dari karanggebang ini. Tanpa dikomando, apa yang Rizal lakukan selalu
diikuti oleh Gading dan Irawan. Rizal
kebalikan dari gading, dia sama sekali tak gemar membaca. Bahkan di saat kami
melakukan kegiatan bimbel, Rizal selalu menunjukan kebosanannya. Sembari
menyibukan diri melipat-lipat kertas yang seharusnya dia gunakan untuk
mencatat. Namun, bukan berarti dia pemalas. Rizal, unggul dalam hal kinestetik,
seni, dan olahraga. Jika Gading adalah seorang Thinker, maka Rizal adalah seorang Doer.
Gading, dengan Jersey Marzuki -nya |
Rizal dengan kentongan warna-warni yang dibuatnya |
Sedangkan
Irawan, yang paling lucu dari ketiganya. Merupakan anak humoris yang setiap
hari tertawa. Dia merupakan pemecah kesunyian ketiga Gading dan Rizal tak ada
bahan untuk dikerjakan. Dia adalah tipe anak yang setia kawan. “ Mas, kita ngampiri Gading dan Rizal dulu”,
tegasnya. Saat kuajak menemaniku keliling dusun. Tak banyak gambar Irawan yang
aku dapatkan, karena setiap kali kami bersama, Dia yang selalu membawa kamera
pocketku. Berperan layaknya photografer terkemuka yang memotret obyek apapun
yang dianggapnya menarik.
saat Irawan membuat Pesawat Kata |
“
Mas, besok jadi ke cungkup kan ?”
tanya Irawan selepas TPA. “Iya wan, jemput kakak di posko ya. ?”. “Pulang
sekolah ya mas, besok aku ajak Gading dan Rizal juga”. Jawabnya, sembari
berlalu menuju rumahnya yang tak jauh dari masjid tempat kami berkumpul.
Hampir
setiap hari kami bertemu, belajar dan bermain bersama layaknya seorang kakak
dengan Adik-adiknya. Banyak kenangan, pelajaran yang aku dapatkan dan tak akan
kulupakan..
Mereka mempunya
kisah masing-masing yang secara bertahap akan kuceritakan.
Sekian.
Tidak ada komentar: