Kesenian Tradisional Oglek "Mudho Utomo" Dusun Kayuhan Wetan Hidup Kembali - RosyidMI

Rabu, 20 Desember 2017

Kesenian Tradisional Oglek "Mudho Utomo" Dusun Kayuhan Wetan Hidup Kembali


         Beberapa bulan terakhir ini, kegiatan kesenian di dusun kayuhan wetan sedang nafsu-nafsunya. Berawal karena sebelumnya kesenian Oglek Kayuhan wetan ditampilkan dalam Kirab merayakan HUT Desa Triwidadi. kemudian atas pertimbangan dari para pemuda dan kaum tua, kesenian Oglek ‘Mudho Utomo’ yang sebelumnya mati suri kini dihidupkan kembali. 
Selain sebagai bentuk untuk ‘nguri-uri kabudayan jawi’ kesenian Oglek ini dipilih karena masyarakat tertarik untuk berpartisipasi, terutama masyarakat dusun Kayuhan wetan dan sekitarnya baik kaum muda yang tergabung dalam karang taruna ‘Ordakata’ maupun kaum Tua. Juga sebagai sarana hiburan bagi pemuda dan masyarakat sekitar, karena ketika kesenian Oglek ditampilkan, banyak remaja putri desa lain yang menonton. Nah, para gadis dari desa lain inilah yang menjadi ‘hiburan’ para pemuda. 
Oglek sendiri adalah sebuah kesenian tradisional yang mirip dengan Jathilan. Setiap penari mengendarai kuda kepang dan dipersenjatai pedang bambu. Penari oglek menari sambil diiringi tembang jawa dengan alat musik gamelan. Konon, Oglek berasal dari kata ‘ngoglek-oglek’ karena menampilkan tarian yang menggerakan seluruh badan.
Oglek ‘Mudho Utomo’ Dusun kayuhan wetan dibagi menjadi 3 babak. Babak pertama penarinya adalah Anak-anak, seumuran Anak SD. Babak kedua, dimainkan oleh mereka kaum muda yang berumur 20-30an tahun. Sedangkan babak terakhir (ketiga), dimainkan oleh kaum tua. Mereka adalah Penari Oglek yang sudah Legend, the Masterpiece-nya Oglek di Dusun Kayuhan Wetan.
Tarian Oglek merupakan tarian tradisional jawa yang menceritakan peperangan menggunakan Kuda, jaran-jaranannya dibentuk dari anyaman bambu kemudian dicat sedemikian rupa sehingga tampak lebih menarik (jaran kepang). Perbedaan Oglek dan jathilan dapat dilihat dari kuda yang ditungganginya. Jika Jathilan menggunakan kuda yang kepalanya menunduk, Oglek menggunakan kuda yang kepalanya ndangak
Nah, hal yang paling menyenangkan dalam Oglek adalah kesurupan, Ndadi. Kesenian Oglek tanpa Ndadi, bagaikan sayur tanpa garam, HP tanpa Kuota, dan aku tanpa dirimu.. tidak menarik.. hambar.. Ndadi adalah kondisi saat penari oglek kerasukan atau kesurupan roh halus. Tentunya roh halus yang merasuki adalah Roh yang menyukai kesenian tradisional, karena setiap kali penari Kesurupan, ia akan menari semakin menjadi, totalitas.. bahkan dalam beberapa kasus penari yang kesurupan menjadi kebal, memakan pecahan kaca, ayam hidup, sesaji yang disediakan dan barang2 tak layak dimakan manusia normal umumnya.

Penari Oglek memakan sesaji

Salah satu penari Oglek mengalami Ndadi (kesurupan)
Tak hanya penari Oglek yang kesurupan saat menari, penontonpun kadang ikut Kesetrum kesurupan juga. Jika hal ini terjadi, maka pertunjukan akan semakin menarik, para penonton semakin ramai. karena penonton yang kesetrum tadi akan memasuki arena dan menari bersama penari Oglek. Boleh dibilang, fenomena Ndadi merupakan Klabing seperti DWP (Djakarta Warehouse Project) kemarin namun dengan kearifan lokal dan bintang tamu dhemit setempat. Mereka menari mengikuti irama Bukan ajeb-ajeb suara DJ, melainkan pong-deng-pong, suara alunan gamelan ciamik.

The masterpiece of Kayuhan Wetan wetan's Oglek

Beberapa waktu lalu, kesenian Oglek ‘Mudho Utomo’ Kayuhan wetan tampil kembali setelah tidur panjangnya. Ini merupakan perkenalan, sekaligus awal dari berbagai pentas yang akan diselenggarakan di masa yang akan datang.


Tentu saja, selama Kaum muda dan kaum Tua bersatu untuk melestarikan kesenian Oglek ini, ditambah... masih ada dhemit yang mau exsis berkolaborasi dan sesekali menyurupi para penari..

"Kesenian Oglek, kesenian yang dimainkan penari dari Multi-Dimensi."

     


    * foto terlampir adalah kesenian Oglek 'Mudho Utomo' dusun Kayuhan Wetan saat pentas dalam memperingati HUT Triwidadi 2017.

Tidak ada komentar: