Sepakbola dan Christmas truce di tengah perang dunia I - RosyidMI

Rabu, 12 April 2017

Sepakbola dan Christmas truce di tengah perang dunia I


               Perang Dunia I antara Jerman dengan tentara sekutu menyajikan gencatan senjata spontan yang menarik. Kisah ini dituturkan oleh Bertie Felstead, serdadu Inggris sekaligus saksi mata peristiwa yang masih sempat merasakan udara abad-21, memberi kesaksian yang menyentuh pada malam natal tahun 1915 di desa Laventie di utara Prancis.
            "Kami dipisahkan oleh jarak yang hanya sekitar 100 yard saat pagi hari Natal itu tiba. Seorang serdadu Jerman menyanyikan lagu All Through the Night, lalu para serdadu Inggris membalasnya dengan manyanyikan lagi Good King Wencelas. Pagi berikutnya, para serdadu saling menyapa. Hello Tommy... Hello Fritz. Serdadu Jerman yang memulai, mereka keluar dari paritnya dan berjalan menghampiri kami. Tak ada yang memerintahkan, tapi kami semua memanjat dinding pembatas dan bergabung dengan mereka. Beberapa dari mereka menghisap cerutu sekaligus menawari kami cerutu. Kami juga menawarkan sebagian dari yang kami miliki. Lalu kami mengobrol. Kami berbicara dengan bahasa campur aduk. Ada yang bicara dalam Inggris, Jerman, dan Prancis... sisanya dengan bahasa isyarat. Kami semua tidak takut ditembak karena kami semua telanjur berbaur satu sama lain."

            Menurut Felstead, ia tak ingat dari mana datangnya bola namun selama 30 setelahnya mereka sudah bermain sepakbola. Mereka bermain begitu saja. "Saya masih ingat bagaimana salju teracak-acak. Tidak ada yang menjaga gawang," kenang Felstead yang wafat pada 22 Juli 2001. Gencatan senjata berhenti ketika seorang perwira inggris berteriak, "You came out to fight the Huns, not to make friends with them." Selanjutnya bisa dibayangkan, para tentara kembali ke parit masing-masing. Ketegangan berlanjut...
            Kisah mengenai jeda singkat peperangan saat perang terjadi di sekitar Ypres, Belgia. Lagi-lagi tentara jerman yang memulai, mereka mendekorasi parit-parit pertahanan dengan hiasan natal serta menyanyikan lagu-lagu natal yang menyentuh. Tak heran jika tentara Inggris (sekutu) kemudian membalasnya dengan bernyanyi lagu-lagu natal pula. Dan, bisa ditebak selanjutnya, mereka keluar dari persembunyian masing masing berfoto bersama, bernyany, berbagi souvenir, alkohol, dan makanan. Seolah-olah, kepentingan politik, kebencian perang hilang ketika malam itu. Malam suci bagi umat kristiani. Gencatan senjata pada malam natal seperti diatas disebut dengan Christmas truce.

Tentara Inggris dan Jerman berfoto bersama saat Christmas Truce
Beberapa surat yang ditulis oleh tentara-tentara Inggris yang berada pada saat Christmas Truce 1914 didokumentasikan di situs Christmas Truce. Salah satu contoh adalah tulisan Kopral Copper dari unit pasukan 2nd Northamptonshire Brigade ke-22 kepada Nona N. Thody yang menceritakan “Sekarang saya ingin memberitahumu sesuatu yang engkau sulit percayai, tetapi itu sungguh benar. Tidak ada tembakan pada Hari Natal dan orang-orang Jerman sungguh bersahabat dengan kami. Mereka bahkan datang ke parit-parit kami dan memberikan kami tembakau, rokok, dan coklat dan tentu saja kami memberikan mereka sesuatu sebagai balasannya.”

            Mereka bahkan melakukan upacara pemakaman bersama. Pada sejumlah tempat, perdamaian memang terganggu dengan adanya tindakan curang, seperti beberapa tentara yang ditembak saat berada di wilayah musuh mereka. Namun, dibeberapa tempat, gencatan senjata berlangsung meriah. Bahkan sampai malam tahun baru.

Sejarawan Tony Asworth pada bukunya, menulis bahwa ada kasus di mana gencatan senjata berlanjut hingga ke beberapa perjanjian lain. Di antaranya perjanjian untuk tidak saling menyerang saat waktu minum teh, makan siang, atau waktu mencuci baju. Hingga ada beberapa titik di garis depan, yang mengalami hanya sedikit pertempuran untuk waktu yang panjang. Asworth menyebut, contoh paling dramatis dari hilangnya semangat bertempur adalah penolakan untuk bertempur, hingga aksi protes damai. Sebuah monumen untuk memperingati gencatan senjata Natal dibangun di Frelinghein, Prancis, pada 11 November 2008. Pada 12 Desember 2014, sebuah acara peringatan digelar di National Memorial Arboretum di Staffordshire, oleh Pangeran William. Kemudian Komite Perdamaian Martin Luther King melakukan gerakan yang memungkinkan sekolah-sekolah dan gereja, untuk memperingati Gencatan Senjata Natal Desember 1914. Penggagasnya mengatakan, tujuan gerakan itu adalah membantu para guru sekolah, untuk menjelaskan pada anak-anak tentang peristiwa yang terjadi pada Desember 1914, tentang pesan Natal untuk mewujudkan damai di bumi. Disebutkan bahwa gencatan senjata yang dilakukan secara spontan, secara langsung memang bertentangan dengan perintah dari pimpinan, namun merupakan sebuah pengakuan tentang rasa kemanusiaan.
            *dirangkum dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: