Paradigma masyarakat tentang PTN / PTS - RosyidMI

Kamis, 23 Maret 2017

Paradigma masyarakat tentang PTN / PTS



Pada umumnya, masyarakat indonesia masih menganggap perguruan tinggi negeri lebih baik kualitasnya dibanding perguruan tinggi swasta. Salah satu paradigma yang salah menurutku, itu ibarat seperti menganggap sayur yang  segar adalah sayur yang tidak dimakan hama. Benerkan ? mayoritas  temen - temen dari dalam atau luar kota, tujuan awal ke jogja akan melanjutkan study di perguruan tingi negeri, e.g.  uge-m atau un-ye. Masuk di perguruan tinggi swasta semisal “Orange University” adalah pilihan “setelah Terakhir”  karena tidak lolos SNMPTN ( seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri). Jujur aja, dulu aku juga berpikir begitu.


Paradigma tersebut muncul hasil dari doktrin orangtua yang terlalu berpikir sistematis. Orang tua akan bangga ketika anak mereka diterima di perguruan tinggi negeri. Mereka beranggapan seakan-akan jalan kedepan untuk meraih kesuksesan semakin terbuka lebar. Yap, itu ga salah dan ga sepenuhnya bener.

Hal tersebut dibentuk oleh mainstream-nya konsep pilih kasih yang diterapkan perusahaan ketika memasuki persaingan di dunia kerja. Di indonesia sendiri perusahaan besar maupun kecil memberikan nilai plus atau high predicate kepada calon karyawan lulusan dari Universitas negeri. Karena menganggap lulusan dari perguruan tinggi negeri lebih unggul dibandingkan dengan lulusan dari perguruan tinggi swasta. Tapi, apa sudah dapat dipastikan lulusan perguruan tinggi negeri kwalitasnya lebih baik dari swasta ? Tidak!. Hal tersebut hanya akan menimbulkan kesenjangan sosial antara lulusan universitas swasta dengan negeri.

Faktanya, PTN dan PTS tidak jauh berbeda, mulai dari Fasilitas yang ada, tenaga pendidikan yang disediakan dan kurikulum yang berlaku. PTN dalam beberapa hal memang diprioritaskan oleh pemerintah, mulai dari pemberian beasiswa, kerjasama pertukaran pelajar dan studi banding ke luar negeri. Wajar, karena PTN memang milik pemerintah. Namun sama halnya dengan PTN, PTS juga melakukannya. Di Universitas Ahmad Dahlan sebagai contoh, beasiswa untuk mahasiswa juga ada,  pertukaran pelajar sampai ke Arab dan cina.


Pada dasarnya Peran perguruan tinggi  adalah sebagai institude untuk  membantu  seorang  peserta  didik  menempuh  proses  pembelajaran jangka panjang, dengan menyertakan praktik  nyata  pada  dunia  kerja.  Menurut  UU  SISDIKNAS  No. 20  tahun  2003, pendidikan  adalah  usaha  sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan, pengendalian  diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak  mulia, serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya  dan  masyarakat. 


Perguruan tinggi yang baik tidak hanya mengandalkan ilmu pengetahuan yang tinggi saja tetapi juga harus didasari dengan pembangunan karakter, meliputi akhlak, moral dan etika bermasyarakat yang baik. Koruptor jadi contoh, mereka mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi tidak mempunyai moral, akhlak mulia dan etika yang mumpuni. Makanya, UAD slogannya Moral and intelectual integrity!. Baguss.. Hidup UAD! .. cieee ..UAD.


Masihkah akan menganggap perguruan tingi negeri lebih High quality dibanding perguruan tinggi swasta ?. Mengutip cover dari kalender UAD th 2013, “The door is everywhere. The question is, Can you see it ?”. dapat diartikan dengan, jalan menuju kesuksesan itu banyak, tetapi dapatkah kamu melihatnya ?.


Jadi, PTN atau PTS bukan hal yang menentukan kualitas mahasiswanya. Masih banyak hal penting yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih sebuah perguruan tinggi. prestasi seorang mahasiswa ditentukan dari bagaimana dia menjaga konsistensi dalam belajar. Tidak terpaku pada status Negeri atau Swasta, dia menuntut ilmu.
   
Paradigma dalam masyarakat memang sudah tertanan kuat sejak lama, untuk merubahnya Bukan hanya berdebat melalui kata-kata tapi harus diimbangi dengan sebuah bukti nyata. (RMI)

 
 

Tidak ada komentar: