Suatu
Senja di sebuah lapangan sepakbola, kota kecil negara Belgia ; La louviere. Matahari
bersinar cerah berkilauan ketika sinarnya mengenai rumput lapangan yang hijau. Saat
itu sedang berlangsung sebuah pertandingan sepak bola untuk anak-anak. Dari
tribun penonton, seorang anak kecil berumur lima tahun melihat pertandingan
dengan seksama. Matanya melihat tajam mengikuti arah bola menggelinding. Kedua
kakinya tak henti-hentinya digerakan, mengisyaratkan ingin mengikuti bermain di
tengah lapang.
Beberapa
saat kemudian, anak kecil tersebut berlari membawa bola masuk ke lapangan
menuju titik putih. Dia kemudian mengambil ancang-ancang dan menendang bola
tersebut sekencang-kencangnya! Tepat melesat dengan akurat di sudut gawang.
Anak
yang “mengganggu” pertandingan tersebut ialah EDEN HAZARD.
Pascal-Demoitiez |
“Itulah pertama kali saya melihat Eden, dan
sampai sekarang masih terus terngiang di pikiran saya. Tentu saja kami tak
mengizinkan ada orang lain di lapangan ketika ada pertandingan. Jadi kami harus
memperingatkannya, Tapi saat itu, ketika saya mendekatinya, saya tidak percaya
dengan apa yang saya lihat. Ia sangat mungil, berumur kurang dari lima tahun,
tapi bisa melakukan hal itu. Ia juga tak mengenakan apa-apa di kakinya. Tanpa
sepatu, apalagi kaos kaki. Dan yang ia pakai adalah bola sungguhan, bukan bola
plastik. Saya tidak mengerti bagaimana ia bisa melakukan itu semua. Jadi saya
mencoba untuk mengundangnya untuk ikut berlatih bersama tim junior kami. Ia
punya bakat yang hebat, Anda tak perlu mengajarinya sesuatu. Berikan saja ia
bola dan lihat apa yang ia lakukan. Semua terjadi dengan natural.” Kenang Pascal
Delmoitiez, direktur umum Royal stade Brainois FC kala itu yang menjadi orang
pertama yang takjub akan bakat muda
Hazard.
Sejak
saat itu, Avenue du Stade di kota Braine-le-Comte, 30 kilometer dari Brussels
menjadi saksi bisu aksi-aksi Hazard berikutnya. Pada usia 10 tahun, Ia lantas
bergabung ke klub junior Tubize setelah salah satu staf kepelatihan tim junior
tubize, Fathi Ennabli tertarik dengan aksi-aksi Hazard kecil.
Fathi Ennabli |
“Eden masih sangat mungil kala
itu. Tapi keajaiban selalu terjadi ketika ia membawa bola. Kontrolnya sangat
istimewa, begitu juga dengan akselerasinya. Usaha kami untuk mendapatkannya
tidak mudah. Thierry dan Carine (orang tua Hazard) berkata bahwa anaknya ingin
bermain di klub yang besar. Dan disaat bersamaan, Anderlecht dan Standard
Liege, juga ingin Eden masuk ke tim muda mereka. Tapi untunglah Eden punya
Thierry dan Carine. Mereka paham bahwa Eden masih sangat muda dan harusnya
berlatih bersama klub yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Mereka juga
merasa Eden masih terlalu muda secara mental dan fisik untuk bergabung dengan
dua klub itu. Akhirnya, jadilah Eden bergabung ke tim kami.”- Fathi Ennabli.
Di
Tubize, Hazard berkembang dengan cemerlang. Kemampuanya membuat klub asal
perancis, lille, tertarik untuk meminangnya. Hingga Pada tahun 2005 Hazard resmi masuk
klub lille, dan menjalani pelatihan di klub tersebut selama 2 tahun. Hazard
memulai debutnya bersama Lille Junior saat melawan Racing Club de France,
September 2007. Ia kemudian mengakhiri karirnya bersama Lille Junior usai
mengikuti 11 pertandingan dan mencetak 1 gol.
Setahun kemudian, Hazard mulai masuk tim Lille Senior dengan debut sebagai
pemain cadangan melawan Sochaux, September 2008. Ia mencetak gol pertamanya
saat melawan Auxerre dan menjadi pencetak gol termuda sepanjang sejarah saat
itu.
Hazard terus menunjukkan kemajuan yang pesat bersama Lille. Tercatat
selama musim 2008-2009 ia telah mencetak 6 gol. Berkat kesuksesannya tersebut
Hazard dianugerahi Pemain Muda Terbaik oleh UNFP (National Union of
Professional Footballers/ Persatuan Pemain Sepak Bola Profesional Perancis).
Eden turut membela Tim Nasional
Belgia. Debut internasionalnya terjadi saat berusia 17 tahun dalam pertandingan
melawan Luxemburg, November 2008. Hingga tahun 2013, Hazard telah berhasil
melesakkan 5 gol dalam 42 pertandingan bersama Timnas Belgia.
Di musim terakhirnya di Lille dia mencetak 21 gol dari 48 penampilan,
Hazard juga membuat 18 assist. Lille sendiri berada di peringkat ketiga di
bawah Montpellier dan Paris St-Germain dan membawa mereka ke babak kualifikasi
Liga Champions. Di pertandingan terakhirnya bersama Lille, ia diberi kehormatan
menjadi kapten tim dan mencetak hat-trick melawan Nancy.
Sebuah panggilan telepon membawaku ke Stamford bridge
Jelang musim 2011-12 berakhir, pelatih Rudi Garcia
mendapatkan telepon dari pemilik Chelsea, Roman Abramovich, soal tawaran pindah
ke timnya. Namun, Hazard sempat ragu dengan tawaran itu. Keinginan Eden Hazard
untuk bermain di liga champions membuat dia ragu untuk bergabung (saat itu Chelsea
berada di peringkat 6 klasemen EPL, namun dapat menjuarai Liga Champions).
Manajer Chelsea saat itu, Roberto Di
Matteo, mengatakan bahwa timnya membutuhkan Hazard, meski telah memiliki Juan
Mata dan mendatangkan Oscar. “Lalu, Gervinho
meneleponku,” cerita Hazard. Gervinho punya kedekatan dengan Hazard karena
sama-sama membela Lille. Namun, setelah Lille juara, Gervinho langsung
bergabung dengan Arsenal pada musim panas 2011. “Gervinho berkata, ‘Ada seseorang yang mau berbicara’,” lanjut
Hazard. “Saat itu, aku tak tahu siapa
yang mau berbicara denganku. Namun, kemudian aku mengenalnya, dia Drogba. Dia
sangat menginginkanku bergabung.” Telepon dari Drogba itu membuat Hazard
tersanjung. Di mata Hazard, Drogba merupakan salah satu striker terbaik dunia. “Pada saat itu, aku memang belum
menandatangani tawaran Chelsea. Namun, kini aku senang dengan pilihan yang
kubuat,” ujar pemain asal Belgia ini.
Saat Hazard
menandatangani kontrak dengan Chelsea, Drogba memilih pergi. Pada Juni 2012,
Drogba memilih bergabung dengan Shanghai Shenhua. Mereka kemudian bermain
bersama saat Drogba kembali ke Stamford Bridge pada musim 2014–2015.
Hazard bersama Drogba saat merayakan juara Liga |
Source : Panditfootball.com/wowkeren.com
/fourfourtwo.com/google.com
Tidak ada komentar: